TAKLIM CATATAN CINTA

"Iya, kami berjalan pada malam itu sampai besoknya, sampai waktu siang yang begitu panas. Jalanan sepi, tiada satupun orang yang lewat disana. Nampaklah batu besar panjang yang disana terdapat naungan yang terlindung dari sorot matahari. Maka akhirnya kami istirahat disana. Aku ratakan satu tempat memakai tanganku untuk digunakan Rasulullah shallallahu alaihi wasallam tidur. Aku gelar alas ditempat itu. Lalu aku berkata: "Silahkan tidur, ya Rasulallah, aku yang nanti membersihkan debu-debu yang ada disekeliling njenengan". Rasulullah tidur, aku keluar membersihkan debu-debu yang ada disekelilingnya. Tiba-tiba ada seorang penggembala yang mengarahkan kambingnya ke arah batu besar itu yang juga hendak istirahat. Penggembala itu bertanya: " siapa kamu?"Aku jawab: "Aku orang Madinah". "Apakah kambingmu punya susu?", "Iya, punya", "Tidak anda perah?", "Oh, iya". Maka ia ambil kambing itu. " Tolong Bersihkan putingnya dulu dari debu, rambut, dan kotoran lainnya" pintaku. Ia lantas mewadahi susu yang sedikit itu disebuah wadah dari kayu. Dan aku juga membawa sebuah wadah untuk dipakai Rasulallah minum dan wudlu. Aku datangi Rasulallah shallallahu alaihi wasallam, tapi aku tidak mau membangunkan beliau.
Aku menemui beliau tatkala sudah bangun. Aku tuangkan air di susu itu sampai bagian bawahnya dingin. Lalu aku bilang" Silahkan diminum ya Rasulallah. Beliau meminumnya sampai aku merasa lega. Kemudian beliau bersabda: " Apa belum waktunya meneruskan perjalanan?", "Tentu."
Kami meneruskan perjalanan setelah matahari condong ke barat. Ternyata Suraqah bin Malik membuntuti kami. Aku berkata kepada Rasul "Kita di datangi Ya Rasulallah." Rasulullah bersabda "La tahzan innallaha ma'ana" Jangan bersedih sungguh Allah bersama kita!."
Nabi lalu mendoakan celaka bagi Suraqah. Maka terperosoklah kuda yang ia tunggangi kedalam tanah yang keras sampai pada bagian perutnya. Suraqah berkata "Nampaknya kalian berdoa supaya aku tertimpa celaka, berdoalah untuk keselamatanku. Allah akan melindungi dan menolong kalian. Aku akan tolak jika ada yang mencari kalian lagi." Nabi akhirnya mendoakan keselamatan untuknya, ia pun selamat. Ia lalu kembali dan tiada bertemu dengan seseorang kecuali berkata: "Sudah cukup, Dia tidak disini", ia tidak bertemu seseorang melainkan mengembalikannya. Ia menepati janjinya." (Makna hadits).
DETAIL PENJELASAN
Dikala Rasulallah hijrah, kita akan melihat betapa Sayyidina Abu Bakar dan Rasulullah memutar otak agar misinya berhasil tak diketahui oleh orang. Pada saat mereka berdua hendak menuju gua tsur untuk bersembunyi dan menyiapkan segalanya. Abu Bakar sampai menggendong Rasulullah dari bawah naik hingga ke atas hingga masuk ke dalam gua. Ini dilakukan agar jejak kaki yang membekas hanya satu pasang saja dan tidak ada kecurigaan Rasul dan Abu Bakar ke arah itu. Sebuah bentuk ikhtiar akhdzul asbab yang dilakukan Rasul. Sebuah cara mengelabui orang kafir yang dilakukan Sayyidina Abu Bakar. Namun disaat orang-orang kafir melihat di mulut gua ada sarang laba-laba yang utuh dan burung yang sedang mengerami telurnya. Mereka berfikir tiada mungkin mereka masuk kesana.
Singkat cerita bahwa, pada waktu yang telah direncanakan. Rasulullah bertolak menuju Madinah bersama Abu Bakar, didampingi oleh penunjuk jalan bayaran yang bernama Uraiqidl. Seorang kafir yang bisa dipercaya.
Dikala telah mengawali perjalanannya ternyata seorang Suraqah bin Malik melihat mereka bertiga. Ia punya geregat untuk mengejar Rasulallah, sebab tergiur oleh hadiah seratus ekor unta yang di janjikan. Sebelum berangkat, seperti apa yang menjadi kebiasaan jahiliyah, ia izin dulu kepada Azlam, sebuah panah untuk mengundi nasib yang terletak didalam ka'bah. Setelah berkali-kali mengocoknya ternyata yang keluar adalah tidak. Akan tetapi ia bersikeras berangkat. Pada akhirnya ia berhasil menemukan mereka. Rasulullah terkejar. Abu bakar demikian takut dan khawatir. Namun apa yang disabdakan Rasul adalah kalimat yang sama dengan apa yang beliau sabdakan kepada Abu Bakar kala di gua. La tahzan Innallaha ma’ana, Jangan takut sungguh Allah bersama kita!.
Sebuah kalimat yang demikian keramat hingga akhirnya membuat onta si Suraqah terjerambab masuk ketanah yang padahal keras membatu.
إِلَيْهِ يَصْعَدُ الْكَلِمُ الطَّيِّبُ وَالْعَمَلُ الصَّالِحُ يَرْفَعُهُ
Kepada-Nya lah naik perkataan-perkataan yang baik dan amal yang saleh dinaikkan-Nya...(al Fathir:10)Maka ini sebuah pelajaran bagi kita. Suatu saat jika nyawa kita terancam. Atau ada musuh yang menghadang. Tidak perlu merasa takut dan khawatir. Jika kita rutin mengamalkan wirid. Seperti doa yang pernah diijazahkan oleh ayahnya Abina KH. Ihyaulumiddin berikut:
يا قهار اقهر اعدائي
و يا مانع امنع قهر اعدائي
ويا ماحي امحهم بنفخة اسرافيل
Haaakkk!!!Atau dikala kita akan tes, maka membaca hizib akbar insyaAllah, Allah taala akan memudahkannya. Tes yang semula berlangsung semisal 2 jam insya Allah hanya berlangsung ¼ jam selesai. Mau masuk pintu baca hamim ain sin qof himayatuna kafhaya ain shod kifayatuna fasayakfika humullah wahuwassamiul alim.
Hanya saja persyaratan sebelumnya adalah menyertakannya dengan perjuangan dan amal, dan pada saat genting membaca doa-doa seperti ini. Maka jika doa-doa semacam ini dikatakan bid'ah entah pemikiran seperti apa itu.
Ditengah perjalanan menuju Madinah, Nabi dan Abu Bakar juga sempat bertemu dengan seseorang. Orang itu bertanya: "Siapa orang yang bersamamu ?". Abu Bakar menjawab dengan bahasa politis, "Oh, dia dalil". Sebuah jawaban yang dipahami oleh penanya bahwa Rasul adalah seorang tukang penunjuk jalan. Hanya saja Sahabat Abu Bakar tidak berbohong. Sebab yang dimaksud dengan "dalil" adalah seseorang yang menunjukkan kepada Allah. (Dalil ilallah). Sebuah bahasa yang perlu dipelajari bagi seorang intelejen, dan bagian keamanan. Yang dalam hal lain disebut sebagai tauriyah. Seperti yang pernah dilakukan pula oleh al Imam Syafi'i. Disaat ia mendapatkan tekanan untuk mengeluarkan statement bahwa al-Qur'an adalah makhluk. Maka dengan kecerdasannya ia menjawab: "Adapun al-Qur'an, injil, taurot dan zabur. Keempatnya ini (sambil menunjukkan empat jemarinya) adalah makhluk yang hadits." Akhirnya beliau bebas.
Tauriyah seperti ini juga pernah dilakukan oleh kakek Abuya yang bernama Sayyid Abbas. Pada saat itu pemerintah sedang berusaha menggulingkan kekuasaan Islam yang ada di Turki. Sehingga mau tidak mau mereka harus melibatkan ulama untuk mendulang dukungan. Kakek Abuya ditanya, "Bagaimana sikap anda terhadap pemerintahan?". Sayyid Abbas menjawab: "Yang anda senang saya juga senang". Sebuah jawaban diplomatis yang umum. Beliau tidak langsung mengatakan: "Saya benci dengan anda!". Akhirnya beliau selamat dan justru dijadikan sebagai seorang Qodli. Padahal pada saat itu telah banyak ulama yang menjadi korban eksekusi mati jama'i memakai buldoser.
Ada pelajaran khidmah yang demikian dalam, jika kita renungkan dari perjalanan Rasul bersama mulazimnya, yakni Abu Bakar. Pada saat Rasulullah tidur, Abu Bakar tidak lantas ikutan tidur. Pada saat Rasulullah minum, Abu Bakar juga tidak ikut minum. Khidmah adalah sebuah perhatian dan pengorbanan dari seorang "santri" yang dipersembahkan bagi Sang Guru. Memperhatikan kebutuhan Sang Guru, membawakan air dan perlengkapan yang Sang Guru perlukan. Berkhidmah dengan kekuatan cinta yang demikian agung. Sebuah pelajaran kehidupan yang ekselen yang dicontohkan oleh Sayyidina Abu Bakar kepada Rasul tercinta. Yang semoga bisa kita tiru meski barang sedikit. Aamiin.
Taklim Cinta Shahih Bukhori,
Semoga bermanfaat.
Wallahu a'lam.
Blogger Comment
Facebook Comment