Ada Sebab Ada Akibat

Ada Sebab Ada Akibat


Di pandang dari sudut agama, bukankah lebih layak jika khalayak ramai berziarah ke makam-makam para pejuang agama khususnya wali songo, para da’i atau para pendiri dan pengasuh pesantren yang secara real bisa dilihat akan jasa-jasa mereka dalam memperjuangkan agama. Tetapi bagi sebagian orang justru berziarah ke makam Bung Karno, proklamator RI lebih sering dan lebih menarik. Dalam tradisi negara, berziarah ke makam Bung Karno adalah lumrah. Akan tetapi, secara religi apa keistimewaan Bung Karno. Rahasia apakah yang dimiliki oleh Beliau sehingga sampai kini makam Beliau terus diziarahi.

Presiden Sukarno memang gemar menikah. Buktinya isteri Beliau lebih dari satu. Kendati demikian rasa suka terhadap wanita tidak menyebabkan Beliau gelap mata gelap hati. Kegemaran kepada wanita cantik tidak lantas melunturkan rasa ta’zhim, pengagungan kepada Rasulullah Saw. Pernah suatu ketika Beliau melihat seorang wanita keturuna arab yang cantik jelita dan memikat hati. Beliau kemudian memerintahkan agar proses lamaran segera dilakukan dengan membawa sekian banyak hadiah, termasuk sebuah rumah megah untuk ukuran masa itu. Selesai lamaran dan pemberian hadiah, barulah orang kesatu RI ini mendapatkan informasi bahwa wanita tersebut adalah seorang wanita yang masih memiliki garis keturunan Rasulullah Saw. Ayahanda Presiden RI keempat ini kontan menginstruksikan agar lamaran dibatalkan tanpa menarik kembali semua hadiah yang telah diberikan. Beliau merasa tidak layak menikahi wanita keturunan Rasulullah Saw.

Ada Sebab Ada Akibat
Rasa ta’zhiim kepada Rasulullah Saw. pernah pula secara langsung dibuktikan oleh Beliau ketika menjalankan ibadah haji. Saat berziarah ke makam Rasulullah Saw dengan didampingi pemimpin Saudi waktu itu dan sekelilingnya berdiri para pengawal, Presiden Sukarno tidak berjalan dengan berdiri. Begitu mendekati makam Rasulullah Saw. Sejak dari Baitussalam Beliau pun duduk dan berjalan sambil merangkak. Semua orang pun terkejut melihat ulah Beliau. Ketika ditanya mengapa melakukan hal ini maka Presiden Sukarno yang terkenal sangat jenius dan menguasai puluhan bahasa ini menjawab: “Penghuni kuburan ini (Rasulullah Saw) adalah pemimpin sejati yang tidak pernah berbohong kepada siapapun. Sementara kita adalah para pemimpin yang seringkali membohongi rakyat.”


Inilah kisah di balik realitas makam Bung Karno yang banyak didatangi para peziarah. Bukan hanya sekedar dihormati sebagai seorang pahlawan negeri ini tetapi juga sekaligus diziarahi makamnya. Adakah makam pahlawan seperti halnya makam Bung Karno?


Baca Artikel Lainnya : "Terus Menerus Sholat dan Berkurban"


Dalam menjalani hidup ini kita memang seringkali dibikin terpesona dan terheran-heran oleh keberhasilan yang dicapai orang lain. Kita terheran-heran dan mengucapkan selamat kepada tetangga kita yang menjadi kaya raya. Kita merasa senang dan memberikan ucapan selamat kepada teman atau kolega kita yang berhasil menempati kedudukan tinggi. Kita segera mengidolakan figur seorang da’i kondang yang telah mampu memikat hati jutaan umat manusia.Semua ini adalah sesuatu yang baik; karena sebaliknya, iri hati dengan kekayaan, kedudukan dan kepandaian orang lain adalah dosa yang bisa menggerus nilai pahala yang kita miliki. Seorang da’i pun memang semestinya harus kita dukung seperti halnya sahabat Anshar telah memberikan dukungan kepada Rasulullah Saw dan kaum Muhajirin. Akan tetapi, senang dan memberikan ucapan selamat serta memberikan dukungan belumlah sempurna. Akan semakin baik apabila selain hal-hal ini kita juga menyelidiki atau secara langsung mengajukan pertanyaan seputar trik, tata cara dan  resepnya sehingga mereka bisa mendapatkan pertolongan Allah dengan memperoleh keberhasilan dan meraih kemenangan. Hal ini karena pertolongan Allah; semua keberhasilan berupa kekayaan, kedudukan dan kepandaian tidaklah datang begitu saja. Semua hal ini adalah barang mahal yang tidak bisa dibeli kecuali dengan kesabaran dan kerja keras. Kejayaan dan kemuliaan dalam bidang apapun seperti diraih oleh dua figur di atas ibarat surga dunia yang dikelilingi oleh banyak sekali hal yang tidak menyenangkan.

Untuk bisa memasukinya maka terlebih dahulu harus melewati hal-hal tidak menyenangkan ini. Dalam bahasa lain surga dalam maknanya yang luas hanyalah bisa didapatkan dengan terlebih dahulu menyuguhkan amal shaleh. Demikianlah Allah menggariskan. PertolonganNya pasti datang, tetapi tidak untuk semua orang. Hanya manusia yang berharap dan bekerja demi meraih pertolongaNya sajalah yang akan mendapatkan pertolongan dariNya. PertolonganNya mesti melalui hukum yang telah ditetapkanNya; yaitu adanya sebab dan akibat dalam hukum logika manusia. Ada api maka semua terbakar. Jika ingin membakar maka manusia harus memantik api terlebih dahulu.

Jika menginginkan kepandaian maka manusia haruslah mengikuti kaidah bagaimana bisa menjadi orang pandai. Orang tua yang mengharapkan memiliki anak yang shaleh maka harus menempuh cara-cara bagaimana mendidik anak sesuai aturan Islam. Seorang yang menginginkan kekayaan maka ia harus memulai langkah mencari kekayaan dengan benar dan sejalan dengan prinsip syariat. Seorang pemimpin yang memiliki komitmen pada kesuksesan dalam memimpin harus mengindahkan teori-teori yang mesti diikuti oleh seorang pemimpin seperti di antaranya wajib menunjuk dan mengangkat para pembantu dan orang dekat (Bithanah) yang baik karena keberhasilan dan kebaikannya dalam menjalankan roda kepemimpinan sangat ditentukan oleh orang-orang di sekitarnya. Allah berfirman: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu ambil menjadi teman kepercayaanmu orang-orang yang, di luar kalanganmu (karena) mereka tidak henti-hentinya (menimbulkan) kemudharatan bagimu. Mereka menyukai apa yang menyusahkan kamu. Telah nyata kebencian dari mulut mereka, dan apa yang disembunyikan oleh hati mereka adalah lebih besar lagi. Sungguh telah Kami terangkan kepadamu ayat-ayat (Kami), jika kamu memahaminya.” (QS Ali Imran:118). Rasulullah SAW:

مَا بَعَثَ اللهُ مِنْ نَبِيٍّ وَلاَ اسْتَخْلَفَ خَلِيْفَةً إِلاَّ كَانَتْ لَهُ بِطَانَتَانِ بِطَانَةٌ تَأْمُرُهُ بِالْخَيْرِ وَتَحُضُّهُ عَلَيْهِ وَ بِطَانَةٌ تَأْمُرُهُ باِلسُّوْءِ وَتَحُضُّهُ عَلَيْهِ وَالْمَعْصُوْمُ مَنْ عَصَمَهُ اللهُ

“Allah tidak mengutus seorang nabi dan tidak mengangkat khalifah kecuali ia (nabi atau khalifah) tersebut memiliki dua orang bithanah; bithanah yang menyuruhnya dan mendorongnya pada kebaikan atau bithanah yang menyuruh dan mendorongnya pada keburukan. Orang yang terjaga adalah orang yang dijaga oleh Allah”. (HR Bukhari Nasai)

Jika menginginkan kemenangan atas orang-orang kafir maka umat Islam harus mempersiapkan segala sarana baik secara fisik (Hissiyyah) atau non fisik. Dalam perang teknologi seperti sekarang ini maka tidak ada pilihan kecuali generasi umat ini harus menguasai teknologi. Dan begitu pula dalam bidang-bidang lain di mana di sana terjadi peperangan antara umat Islam dan kaum kafir. Adalah Rasulullah Saw agar manusia mendapatkan petunjuk dan beriman kepada Allah, Beliau sebenarnya bisa saja cukup berdo’a supaya kaumnya serta merta beriman. Akan tetapi, selain berdo’a Beliau juga melakukan usaha berdakwah dengan berbagai macam cara. Secara diam-diam dari satu orang ke orang lain. Menggunakan moment-moment tertentu untuk menyuarakan dakwah seperti halnya ketika musim haji maka Beliau menawarkan Islam kepada para jamaah haji yang datang di Makkah dari berbagai penjuru tanah arab. Hingga akhirnya Beliau dan para sahabat berhijrah ke Madinah dan selama sepuluh tahun harus berjuang dalam sekian banyak peperangan demi membela Islam sampai akhirnya Allah memenangkan dan menjayakan agamaNya. Jika mengambil sebab dan melakukan usaha bukan sebagai syarat mendapatkan anugerah pertolongan Allah tentulah tidak akan tercatat dalam sejarah bahwa Rasulullah Saw terluka parah dalam perang Uhud serta harus merasakan sekian banyak kepahitan-kepahitan hidup sejak mulai melakukan dakwah hingga akhirnya pertolongan Allah pun datang.

Jadi pertolongan Allah kepada Rasulullah Saw dan para sahabatnya dan kemenangan demi kemenangan yang diraih oleh tentara Islam sehingga Islam dengan cepat menyebar ke seluruh Arab dan akhirnya terus meluas hingga ke pelosok negeri di bumi ini merupakan imbalan dariNya atas segala derita dan jerih payah mereka. Mereka berjuang tanpa kenal lelah dan sama sekali tidak menunggu kelengkapan fasilitas dan sarana meskipun juga mempersiapkan segala sarana yang mampu dibawa. Pertolongan Allah kepada mereka adalah jawaban atas kesungguhan do’a dan ibadah yang telah mereka lakukan.

= والله يتولي الجميع برعايته =

Share on Google Plus

About tdmenha pujon

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.
    Blogger Comment
    Facebook Comment