Terus Menerus Shalat dan Berkurban

Terus Menerus
Shalat dan Berkurban


Allah ta’ala berfirman:

فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ

“Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu dan berkurbanlah!” (QS al Kautsar: 02)

Analisa Ayat

Terus menerus sholat dan berkurbanSetelah mengingatkan akan banyaknya nikmat, Allah azza wajalla lalu memerintahkan kepada Rasulullah Saw agar menjalankan ibadah secara ikhlas hanya karena Allah baik itu ibadah yang terkait hubungan secara langsung dengan Allah (shilah billaah) maupun ibadah yang terkait dengan mengasihi makhluk Allah. 

Ibadah yang secara langsung terhubung dengan Allah yang disebutkan dalam ayat ini adalah shalat karena memang shalat telah dikehendaki oleh Allah sebagai aktivitas yang menghubungkan seorang hamba denganNya. Melaksanakan perintah Allah ini, kita mengetahui bahwa Rasulullah Saw kemudian melaksanakannya dengan begitu sempurna. Beliau bukan hanya shalat lima waktu, tetapi juga menjalankan banyak shalat sunnah. Shalat sunnah beliau, seperti dinyatakan oleh Aisyah ra, sangatlah baik dan lama tanpa peduli bahwa karena seringnya shalat yang lama itu kaki beliau Saw pun bengkak. 

Shalat bagi Rasulullah Saw sudah sampai pada tingkat menjadi ketentraman hati (Qurratul ain) yang karena inilah kemudian jika tertekan suatu permasalah maka beliau Saw bersegera melakukan shalat. 
Meski sangat bisa menikmati shalat, Rasulullah Saw jika shalat menjadi imam maka beliau tidak memperpanjang.


Baca Artikel Lainnya : "Berpaling dari Dunia"


Adapun ibadah yang terkait dengan mengasihi makhluk Allah yang dalam ayat ini terungkap dengan perintah, “…dan berkurbanlah” maka ketika haji wada’ Rasulullah Saw disebutkan berkurban unta sebanyak 63 ekor. Dalam kehidupan sehari-hari Rasulullah Saw juga dikenal sangat dermawan. Beliau akan memberi meski tanpa diminta, apalagi ada orang yang meminta maka beliau tidak memiliki kemampuan untuk menolak. Intinya beliau Saw tidak pernah mengatakan tidak kecuali dalam kalimat tauhid tidak ada Tuhan selain Allah. 

Jika Rasulullah Saw telah mendapatkan kautsar yang di antaranya memiliki arti sesuatu yang banyak dan telah direspon oleh beliau Saw dengan banyak sekali ibadah kepada Allah dan mengasihi makhlukNya, maka demikian pula halnya dengan manusia biasa. Kita semua telah mendapatkan nikmat Allah yang begitu banyak tidak terbilang jumlahnya di mana di antara pilar nikmat itu adalah keimanan, keamanan, kesehatan dan kecukupan sandang pangan di mana jika seseorang yang berada dalam kondisi seperti ini termasuk dalam kategori kondisi ar rakha’ yang diingatkan oleh Rasulullah Saw agar digunakan sebaik-baiknya untuk mendekatkan diri kepada Allah:

تَعَرَّفْ إِلَى اللهِ فِى الرَّخَاءِ يَعْرِفْكَ فِى الشِّدَّةِ

“Berusahalah mengenal Allah (mendekatkan diri) ketika dalam kondisi senang niscaya Allah mengenalmu di waktu susah”(HR Ahmad)

Oleh karena itulah dalam kehidupan yang telah bergelimpang nikmat Allah ini kita harus berusaha meningkatkan kwalitas dan kwantitas ibadah dan keshalehan sosial. Dalam hal ibadah kita harus:

  1. Menjalankan shalat secara baik yang meliputi menjaga, memperbanyak, menegakkan dan khusyu’ di mana empat unsur ini dalam standar ulama terdahulu semacam Tsabit al Bunani ra baru bisa dilaksanakan secara utuh setelah belajar selama kurang lebih dua puluh tahun.
  2. Merutinkan membaca Alqur’an. Adalah Abuya As Sayyid Muhammad bin Alawi al Maliki, wirid Alqur’an beliau adalah dua juz setelah qiyamullail dan menjelang shalat subuh. Sungguh sangat baik dan perlu dilestarikan program-program membaca Alqur’an seperti one day one juz.
  3. Merutinkan membaca shalawat kepada Nabi Muhammad Saw, baik harian atau mingguan setiap malam atau hari jum’at dengan di antaranya membaca shalawat ummi seribu kali. 
  4. Merutinkan membaca wirid-wirid ma’tsur (yang diajarkan Rasulullah Saw) yang telah dikumpulkan oleh para ulama dalam hizib-hizib mereka.

Dalam keshalehan sosial yaitu merahmati makhluk Allah maka dimulai dengan prinsip “…dan berkurbanlah” yang makna sederhananya adalah menyembelih hewan kurban pada 10 sampai 13 dzul hijjah, menyembelih kambing (aqiqah) guna menyambut kelahiran bayi atau menyembelih kambing untuk acara walimah pernikahan dan tidak hanya cukup menyembelih ayam. 

Selanjutnya perintah berkurban diberikan makna yang lebih luas bahwa dalam hidup ini kita harus belajar berkurban yaitu menyembelih apapun nikmat Allah yang diberikan kepada kita. Nikmat itu harus diceritakan  dan dibagikan kepada orang lain. Ketika datang nikmat Allah berupa uang misalnya, maka selain mengucapkan alhamdulillah kita juga harus berfikir cepat bahwa uang ini tidak boleh dimiliki sendiri. Harus ada yang dipotong sebagian, sepuluh atau dua puluh persen. Apalagi dalam menjalani kehidupan berjamaah kita telah  berikrar akan berinfak sepuluh persen dari rizki yang dianugerahkan Allah.

Dengan terus meningkatkan kwalitas dan kwantitas ibadah serta senantiasa berkurban niscaya kehidupan seorang muslim akan senantiasa berada dalam kesejahateraan dan kebahagiaan sebelum akhirnya menemukan keselamatan dari neraka dan indahnya pahala kelak di surga. Inilah wujud dari do’a sapu jagat Rabbanaa aatina fid dun’ya hasanah, wa fil akhirati hasanah, wa qinaa adzaabannaar.  

= والله يتولي الجميع برعايته =


Share on Google Plus

About tdmenha pujon

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.
    Blogger Comment
    Facebook Comment