Kajian Sohih Muslim Kitabul Libas Waz Zinah
Keterangan Memakai dan Memperbanyak Sandal dan Menutup Aurot
Keterangan Memakai dan Memperbanyak Sandal dan Menutup Aurot
Di jaman dahulu masih banyak orang yang “ngodok” atau tanpa sandal. Perkembangan berikutnya terutama di Hijaz begitu pesat sehingga termasuk dalam fasion untuk bersandal. Di daerah gurun dan padang Pasir sendiri, kebutuhan pada alas kaki tidak seperti di daerah tropis seperti di Indonesia yang mengenal musim panas dan musim hujan. Dalam hal ini Rosululloh memberikan keterangan mengenai adab bersandal.
Dalam suatu peperangan, Rosulullloh memerintahkan “Perbanyaklah kalian untuk (mengenakan) bersandal, kalian ibarat seorang yang menunggang (kuda/unta yang tidak bersandal) selagi ia bersandal”. Apa maksud hadits ini ?. Dengan memakai sandal seseorang akan terjaga dari duri, paku. Panasnya pasir dan gangguan. Bisa jadi dengan meninggalkan sandal seseorang terkena gangguan di kaki. Di ceritakan saat hijroh, para shohabat hanya memakai pakaian bawah (sejenis selendang/sarung). Bahkan saat di darul Arqom, masih ada shohabat yang ikut mengaji tanpa pakaian, hanya untuk menutupi aurot saja.
Seyogynya Ketika memakai sandal, memulai dengan kaki kanan lalu kaki kiri dan melepaskannya di awali dengan Kiri lalu kanan. Gunakan sandal bersamaan (sepasang), atau copotlah keduanya. Maksudnya jangan mengenakan satu sandal saja untuk berjalan, kenakanlah keduanya. Dalam keterangan lain Rosululloh melarang memakai sandal yang “serampatnya” rusak. Selain tidak sedap dipandang, biasanya akan mengundang celaan orang.
“lambe .... wong apek wae dicacat, apalagi kelihatan tidak baik, bisa jadi menjadi sasaran untuk dicacat”. Dari keterangan ini menunjukkan pada kita untuk tidak menjadi sasaran untuk dicacat. Kita perlu menjaga “waqor”, kedinasan atau keprawiran. Ora begejagan. Jauhilah hal yang merusak waqor.
ان الله جميل يحب الجمال
اي التجميل لا التزيين
dari kata tajmil itu memberikan makna bagi seorang muslim untuk menjahuhi hal yang merusak keindahan. hadits ini menunjukkan anjuran pada kita untuk menggunakan “tubban”, sejenis celana dalam. Rosululloh menunjukkan pada kita agar aurot tidak terlihat. larangan ini adalah untuk menghindari terbukanya aurot.
Baca Artikel Lainnya : "Beberapa Pintunya Ilmu"
Aurot, harus dijaga agar tidak dipertontonkan pada orang lain, tetapi kalau sendirian boleh dilihat. Seorang tidak perlu minder atau takut pada orang lain setinggi apapun pangkat dan jabatannya karena ketika seseorang sudah masuk WC, iapun akan melihat kemaluannya. Tidak perlu minder. Adapun pada orang yang berilmu atau guru, bagi mereka mempunyai hak penghormatan, maklum itu.
alasan larangan di atas adalah agar tidak terbuka aurot, adapun bila tidak takut terbukanya aurot, maka boleh tidur terlentang, menyilangkan kaki di atas kaki lainnya.
Aurot :Kalau seseorang buka-bukaan, mentalnya bermental hewah karena hewan tidak pantas berpakaian. Adalah lucu manakala melihat ada seseorang terlihat memakai jas. Apa yang ada di dunia barat adalah refleksi dari “laibun wa lahwun”, permainan dan sendau gurau. Endingnya mereka akan membuang uang kepada hal yang tidak penting. Tabdzir. Contoh lain ketika ada suasana senang lalu membakar petasan. Bukankah itu sama dengan membakar uang?. Tabdzir itu. Jadi Rizki adalah pemberian dari Alloh, bukan kepemillikan. Kalau ia menganggapnya kepemilikan pasti muncul 2 hal: Medit (untuk dibagi pada orang lain) dan Tabdzir.
Blogger Comment
Facebook Comment