Berkata baik atau diam

Berkata baik atau diam

Berkata baik memiliki arti jujur atau tidak berbohong,  lemah lembut, tidak mencaci maki, tidak menghina dan segala bentuk maksiat lisan yang lain. Semestinya lisan hanya berbicara ketika amar ma’ruf, nahi munkar, atau berdzikir kepada Allah. Selain kebohongan dan menggunjing, lidah seringkali terjebak dalam kata yang tidak baik berupa:

  • Mencela orang lain yang berdosa

Rasulullah Saw bersabda:

مَنْ عَيَّرَ أَخَاهُ بِذَنْبٍ لـَمْ يَمُتْ حَتّي يَعْمَلَهُ

“Barang siapa mencela saudaranya sebab dosa maka ia tidak akan mati sebelum (ia juga ikut) melakukannya”. Menurut Imam Ahmad bin Hambal ra maksud dari mencela yang dilarang adalah ketika orang yang berdosa telah bertaubat

  • Mengomentari kondisi orang lain yang menurutnya tidak baik

Aisyah ra berkata: Aku menceritakan kepada Nabi Saw tentang seseorang. Beliau lalu bersabda: “Aku tidak akan merasa bergembira menceritakan seseorang meski diberikan (imbalan) seperti ini seperti itu” aku berkata: “Wahai Rasulullah, sesungguhnya Shofiyyah adalah seorang wanita…” (Aisyah ra) memberi isyarat dengan tangan yang menggambarkan bahwa Shofiyyah adalah seorang wanita yang berpostur pendek. Nabi Saw lalu bersabda:

Nurul Haromain لَقَدْ مَزَجْتِ بِكَلِمَةٍ لَوْ مَزَجْتِ بِهَا مَاءَ الْبَحْرِ لـَمُزِجَ

“Sungguh kamu mencampurkan kalimat (dengan amal-amalmu) yang andaikan kamu campurkan  kalimat itu dengan air laut niscaya air laut itu terwarnai”

Di antara hikmah mengapa lisan diajarkan Rasulullah Saw agar digunakan untuk mengucapkan yang baik adalah karena kebaikan ucapan menjadi modal kebaikan perilaku dan begitu pula sebaliknya jika ucapan seseorang tidak baik maka demikian pula hal perilakunya. Rasulullah Saw bersabda:

إِذَا أَصْبَحَ ابْنُ آدَمَ فَإِنَّ الْأَعْضَاءَ كُلَّهَا تُكَفِّرُ اللِّسَانَ فَتَقُوْلُ: اتَّقِ اللهَ فِيْنَا فَإِنَّمَا نَحْنُ بِكَ فَإِنِ اسْتَقَمْتَ اسْتَقَمْنَا وَإِنِ اعْوَجَجْتَ اعْوَجَجْنَا
“Jika anak Adam memasuki waktu pagi maka seluruh anggota tubuhnya memohon dengan penuh kerendahan kepada lisan (lidahnya). Mereka berkata: Takutlah kamu kepada Allah dalam urusan kami karena sesungguhnya kami tergantung dirimu; jika kamu  lurus maka kami pun lurus dan jika kamu bengkok maka kami pun bengkok”

Hal ini karena Rasulullah Saw telah mengajarkan bahwa kebaikan perilaku seseorang tergantung kebaikan hatinya. Sedang kebaikan hati ternyata juga dipengaruhi oleh kebaikan ucapan. Sebagaimana sabda Nabi Muhammad Saw:

لَا يَسْتَقِيْمُ إِيْمَانُ عَبْدٍ حَتّي يَسْتَقِيْمَ قَلْبُه وَلَا يَسْتَقِيْمُ قَلْبُه حَتّي يَسْتَقِيْمَ لِسَانُه

“Tidak lurus iman seorang hamba sehingga lurus hatinya. Dan hatinya tidak lurus sehingga lurus lisan (ucapannya)” (HR Ahmad dari Anas ra)

Agar mendapatkan pertolongan terhindar dari berkata salah atau tidak berguna maka bisa memperbanyak membaca Istighfar. Hudzaifah bin al Yaman ra berkata: Aku adalah orang yang suka mengomel keluargaku. Aku lalu mengadukannya kepada Nabi Saw. Beliau pun bersabda:

أَيْنَ أَنْتَ مِنَ الْإِسْتِغْفَارِ ؟ تَسْتَغْفِرُ اللهَ فِى الْيَوْمِ سَبْعِيْنَ مَرَّةً

“Di mana posisimu dari istighfaar? Kamu bisa beristighfaar (memohon ampunan) kepada Allah dalam sehari tujuh puluh kali” Jika menilik hadits tentang anggota tubuh yang berlaku tergantung kondisi lidah, maka sebaiknya membaca Istighfar 70 kali ini juga dilakukan pada pagi hari.

Agar benar-benar terhindar dari ucapan yang tidak baik atau tidak berguna maka sebaiknya seseorang belajar untuk diam, tidak berbicara kecuali seperlunya saja. Rasulullah Saw bersabda:

مَنْ صَمَتَ نَجَا

“Barang siapa diam maka ia pasti selamat”

Sufyan At Tsauri ra berkata:

الصُّمْتُ أَمَانٌ مِنْ تَحْرِيْفِ اللَّفْظِ وَعِصْمَةٌ مِنْ زَيْغِ النُّطْقِ وَسَلَامَةٌ مِنْ فُضُوْلِ الْقَوْلِ وَهَيْبَةٌ لِصَاحِبِهِ

Diam adalah keselamatan dari salah ucapan, penjagaan dari ungkapan yang menyimpang, keselamatan dari ucapan tidak berguna dan kewibawaan bagi orang yang melakukan


Baca Artikel Lainnya : "Melihat yang Lain"


Dengan bersikap diam atau menjaga diri dari ucapan yang salah atau tidak berguna maka seseorang berpeluang masuk dalam ketegori seorang muslim sejati sebagaimana disebutkan oleh Abu Musa al Asy’ari ra bahwa ketika ditanya muslim seperti apakah yang lebih utama maka Rasulullah Saw bersabda:

مَنْ سَلِمَ الْمُسْلِمُوْنَ مِنْ لِسَانِه وَيَدِه

“Yaitu seseorang yang orang-orang islam selamat dari (keburukan) lisan dan tangannya”

Meski demikian, pada kondisi tertentu seseorang harus berbicara yaitu ketika kebenaran harus diungkapkan dan kesalahan harus diluruskan. Abu Ali Ad Daqqaq berkata:

مَنْ سَكَتَ عَنِ الـْحَقِّ فَهُوَ شَيْطَانٌ أَخْرَسُ

“Barang siapa diam dari kebenaran maka dirinya adalah setan yang bisu”

Share on Google Plus

About tdmenha pujon

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.
    Blogger Comment
    Facebook Comment