Mengasah Kekuatan Firasat

Mengasah Kekuatan Firasat


Prediksi ada kalanya muncul dari dua macam hal; dari persangkaan (Zhonn) atau dari sesuatu yang bernama Firasat. Meski keduanya sama-sama diproduksi oleh hati manusia, akan tetapi di antara keduanya masih ada perbedaan.Zhon terkadang benar dan terkadang  juga salah dan bisa muncul saat hati dalam kondisi jernih maupun keruh. Inilah salah satu hikmah dan jawaban kenapa Allah melarang kaum beriman untuk menjauh dari kebanyakan prasangka dan mengabarka bahwa sebagian darinya adalah dosa.“Wahai orang-orang yang beriman jauhilah oleh kalian kebanyakan prasangka karena sebagian prasangka itu dosa” (QS al Hujurot: 12). Ini berbeda dengan Firasat yang memang dipuji serta dianjurkan oleh Allah sebagai langkah untuk memantapkan Aqidah dan keyakinan. Allah berfirman:

إِنَّ فِي ذلِكَ َلأيَاتٍ لِّلْمُتَوَسِّمِيْنَ

“Sesungguhnya dalam  itu semua ada tanda bagi orang-orang yang memiliki firasat” QS al Hijr:75.

Ibnu Abbas ra dan para ahli tafsri lain mengatakan bahwa al mutawassimiin adalah orang-orang yang memiliki Firasat (al mutafarrisiin). Imam Ibnul Qoyyim menuturkan bahwa Firasat (insting dan prediksi tepat) hanya bisa dimiliki oleh manusia yang berhati suci, jernih dan bebas dari kotoran serta memiliki kedekatan dengan Allah azza wajalla.Tiada hati yang dekat dengan Allah kecuali hati yang senantiasa berdzikir mengingat Allah. Dalam kondisi itulah hati memperoleh cahaya dari Allah sehingga ia bisa melihat dan menilai segala sesuatu secara cermat dan tepat. Dalam kondisi hati yang sibuk dengan Dzikir tentu saja gejolak dan bisikan negatif dalam hati akan menjauh. Semakin dekat dan kuat hubungan hati dengan Allah maka semakin teranglah cahaya hati. Allah adalah cahaya dan barang siapa mendekat kepadaNya maka semakin tajam dan kuatlah mata hatinya. Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:

اتَّقُوْا فِرَاسَةَ الْمُؤْمِنِ فَإِنَّهُ يَنْظُرُ بِنُوْرِ اللهِ
“Waspadailah oleh kalian firasat orang beriman karena ia melihat dengan cahaya Allah”

Sebenarnya banyak sekali cara dan langkah yang bisa ditempuh supaya hati banyak mengingat Allah.Ajaran berdo’a dalam berbagai aktivitas pada intinya agar manusia tidak melalaikan Allah.Tuntunan membaca berbagai macam wirid dan banyaknya model ibadah vertikal baik yang fardhu ataupun yang sunnah juga demikian halnya. Semua mengarah kepada jalinan ikatan hati dengan Allah yang pada akhirnya bermanfaat menjadikan pemilik hati berfikir dan melangkah dalam saputan cahaya Allah. Dalam sebuah hadits Qudsi disebutkan:

مَا تَقَرَّبَ إِلَيَّ عَبْدِيْ بِمِثْلِ مَا افْتَرَضْتُهُ عَلَيْهِ وَلاَ يَزَالُ عَبْدِيْ يَتَقَرَّبُ إِلَيَّ بِالنَّوَافِلِ حَتَّي أُحِبَّهُ فَإِذَا أَحْبَبْـتُهُ كُنْتُ سَمْعَهُ الَّذِي يَسْمَعُ بِهِ وَبَصَرَهُ الَّذِي يُبْصِرُ بِِهِ وَيَدَهُ الَّتِي يَبْطِشُ بِهَا وَرِجْلَهُ الَّتِي يَمْشِي بِهَا فَبِيْ يَسْمَعُ وَبِيْ يُبْصِرُ وَبِيْ يَبْطِشُ وَبِيْ يَمْشِي .

“HambaKu tidak mendekat kepadaKu dengan seperti hal yang Aku wajibkan atasnya.Dan hambaKu selalu berusaha mendekat kepadaKu dengan amalan-amalan sunnah sehingga Aku Mencintainya. Bila Aku Mencintainya maka Aku adalah pendengaran yang ia pergunakan untuk mendengar, penglihatannya yang ia pergunakan untuk melihat, tangannya yang ia pergunakan untuk memukul dan kakinya yang ia pergunakan berjalan. DenganKu ia mendengar, denganKu ia melihat, denganKu ia memukul dan denganKu ia berjalan“

Nurul HaromainSecara  jelas hadits ini menegaskan bahwa seorang hamba yang memiliki kedekatan hati dengan Allah akan mendapatkan kecintaan Allah sehingga Allah hadir dalam setiap langkah dan geraknya. Hatinya pun menjadi laksana cermin bersih yang menampakkan rupa segala sesuatu dengan terang. Kondisi seperti inilah yang menyebabkan firasat  yang dimilikinya kuat sehingga hampir tidak pernah meleset. Seorang lelaki datang kepada Utsman bin Affan ra. Sebelum sampai di tempat Utsman lelaki tersebut tadi di jalan sempat melihat seorang wanita yang menjadikannya berfikir terntang kecantikannya. Ketika berada di hadapan Utsman, maka menantu Rasulullah shallallahu alaihi wasallam ini segera berkata: “Salah seorang dari kalian datang dengan membawa bekas perzinaan di wajahnya” terkejut dengan ini lelaki itu bertanya: “Apakah setelah Rasulullah masih ada wahyu?”.

Ketika itu Imam Syafi'i rahimahullah dan Muhammad bin al Hasan sedang duduk bersama di dalam Masjidil Haram. Tak lama kemudian ada seorang lelaki memasuki masjid. Muhammad berkata: “Aku berfirasat bahwa lelaki ini adalah seorang tukang kayu”. Imam Syafi'i menyahut: “Firasatku mengatakan bahwa lelaki ini adalah seorang pandai besi” Untuk menguji ketepatan firasat, kedua ulama besar ini akhirnya bertanya kepada lelaki tersebut dan akhirnya mendapatkan jawaban bahwa memang sebelumnya ia seorang pandai besi tetapi kini telah beralih profesi menjadi tukang kayu.

Ketajaman firasat seperti ini dalam kehidupan generasi terdahulu adalah hal yang lumrah. Ada seorang pemuda yang dikenal banyak orang sebagai pemilik firasat tepat. Mendengar hal ini, segera muncul keinginan Imam Juned untuk menguji pemuda tersebut yang kebetulan adalah murid Beliau sendiri. “Benarkah apa yang dikatakan banyak orang tentang dirimu?” pemuda itu menjawab: “Silahkan hati anda meyakini sesuatu!” Imam Juned lalu meyakini sesuatu. Pemuda lalu menguraikan keyakinan Imam Juned barusan. Untuk pertama Imam Juned berkata: “Kamu salah”. Pemuda itu berkata: “Silahkan anda meyakini sesuatu!” Imam Juned pun segera merubah kata hatinya dengan keyakinan lain. Pemuda segera menguraikan keyakinan Imam Juned barusan dan untuk kedua kalinya Imam Juned menyalahkan. Sekali lagi si pemuda meminta agar Imam Juned meyakini sesuatu dan ia pun segera menguraikannya. Untuk ketiga kalinya pun Imam Juned masih menyalahkan.

Akhirnya si pemuda berkata: “Ini sangat mengherankan. Anda manusia yang jujur sementara saya sendiri mengetahui betul gerak hati saya”. Protes inipun dijawab oleh Imam Juned: “Kamu benar, pada saat pertama, kedua dan ketiga. Akan tetapi aku ingin mengujimu apakah hatimu akan berubah”

Di samping Dzikrullah ada banyak hal memang yang harus diperhatikan oleh siapa saja yang memiliki keinginan memiliki Firasat yang tepat. Syah al Karmani yang terkenal memiliki firasat tepat mengatakan: "Barang siapa menjaga pandangan dari yang haram, mencegah nafsunya dari keinginan-keinginan (syahawat), meramaikan batinnya (hatinya) dengan selalu merasa diawasi Allah (Muraqabah) dan zhahirnya dengan menghidupkan sunnah serta membiasakan memakan yang halal maka firasatnya akan nyaris tak pernah meleset".

Baca Artikel Lainnya : "Mencari Ilmu Karena Allah"

Sebagai pemilik firasat tepat dan cermat, manusia yang memiliki hati yang selalu sambung dengan Allah sangatlah layak dijadikan rujukan untuk meminta pertimbangan. Sungguh pada suatu saat manusia pasti mengalami atau terhimpit masalah dan urusan sulit yang menjadikan akal tumpul. Dalam kondisi inilah peran insting atau firasat sangat dibutuhkan yang tentu saja ketika jika yang bersangkutan tidak memilikinya maka ia dipersilahkan datang kepada orang yang memilikinya yakni orang-orang yang waktu-waktunya banyak terlewat untuk berdzikir kepada Allah. Di sinilah kita menangkap salah hikmah anjuran agar datang bertanya kepada ahli dzikir. Allah berfirman:

فَاسْأَلُوْا أَهْلَ الذِّكْرِ إِنْ كُنْـتُمْ لاَ تَعْلَمُوْنَ
“Maka bertanyalah kepada ahli dzikir jika kalian tidak mengetahui” QS al Anbiya:7.

Imam Ibnul Qayyim mengatakan bahwa ketika cahaya hati semakin kuat dan membesar maka cahaya itu akan meluber ke seluruh anggota tubuh lain. Misalnya dari hati meluber ke mata sehingga luberan cahaya tersebut menjadikan mata memiliki kemampuan yang sangat luar biasa. Contoh riilnya adalah apa yang terjadi pada diri Rasulullah shallallahu alaihi wasallam sebagaimana fakta-fakta berikut ini:

1. Dalam shalat Beliau melihat orang yang berada di belakang seperti melihat orang yang berada di depannya. Beliau bersabda:

أَقِيْمُوا الصُّفُوْفَ فَإِنِّي أَرَاكُمْ خَلْفَ ظَهْرِيْ

“Tegakkanlah barisan karena sesungguhnya aku melihat kalian yang ada di belakangku”

2. Ketika berada di Makkah maka Nabi shallallahu alaihi wasallam bisa melihat Baitul Maqdis, qiblat umat Islam saat itu dengan mata kepala Beliau.

3. Beliau melihat secara langsung kondisi pasukan Islam dalam perang Mu’tah, kematian Najasyi raja Habasyah yang bernama asli Ashamah.

Dalam konteks ini mungkin muncul pernyataan bahwa hal ini bisa terjadi karena dalam kapasitas Beliau sebagai seorang utusan Allah yang tentu saja mendapatkan mukjizat. Akan tetapi ternyata hal demikian juga terjadi dan dialami oleh Sayyidina Umar ra. Saat berkhuthbah di masjid Nabawi tiba-tiba Beliau berkata: “Wahai Sariyah, gunung!” maksudnya perintah agar Sariyah, pemimpin pasukan memberi komando supaya anak buahnya menuju ke gunung. Ketika itu suara Beliau begitu menggema terdengar oleh pasukan Islam yang sedang bertempur di Nahawand, daerah Persia.

Kisah ketajaman firasat sayyidina Umar ra memang banyak sekali dan di antaranya lagi adalah ketika beberapa orang dari kabilah Madzhaj datang. Di tengah pertemuan Umar ra memandang salah seorang dari mereka yang biasa disebut al Asytar dengan pandangan tajam penuh selidik. “Siapakah lelaki ini” tanya Beliau. Mereka memberikan keterangan: “Ia adalah Malik bin Harits” Umar ra lalu berkata: “Sungguh aku melihat dalam darinya tersimpan hari-hari menyedihkan yang akan dialami oleh kaum muslimin”. Ternyata benar, pasca wafatnya Utsman bin Affan ra, al Asytar atau Malik adalah salah satu aktor besar dalam drama perang antara kubu Sayyidah Aisyah ra dan Ali ra yang terkenal dengan perang Jamal. Ketika fitnah hampir padam maka al Asytar tampil sebagai dalang sentral berkobarnya fitnah.

Fenomena ketajaman firasat dalam diri Umar ra ini tiada lain adalah kebenaran sabda Rasulullah shallallahu alaihi wasallam.

لَقَدْ كاَنَ فِيْمَنْ قَبْلَكُمْ مُحَدَّثُوْنَ فَإِنْ يَكُنْ فِي أُمَّتِي أَحَدٌ فَإِنَّهُ عُمَرُ

“Sungguh dalam diri umat sebelum kalian ada figur-figur yang diberi ilham oleh Allah; jika ada salah figur dalam umat ini maka sungguh  ia adalah Umar”Muttafaq alaih.



Share on Google Plus

About tdmenha pujon

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.
    Blogger Comment
    Facebook Comment