Antara Qolbi, Sirri dan Jahri

Antara Qolbi, Sirri  dan  Jahri

Satu hal yang selama ini masih dalam perdebatan adalah apakah dzikir hanya ada dalam hati ( Qolbi ) atau juga dengan lisan baik dengan suara pelan ( Sirri ) atau juga dengan suara keras ( Jahri ). Jawaban dari ini dapat diketahui dalam firman Alloh:

وَاذْكُرْ رَبَّكَ ِفي نَفْسِكَ تَضَرُّعًا وَّخِيْفَةً وَّدُوْنَ الْجَهْرِ مِنَ الْقَوْلِ بِالْغُدُوِّ وَاْلآصَالِ وَلاَ تَكُنْ مِّنَ الْغَافِلِيْنَ

"Dan sebutlah Tuhanmu dalam dirimu dengan merendahkan diri disertai rasa takut dan tanpa mengeraskan ucapan dalam tiap pagi dan petang. Dan jangan kamu termasuk orang – orang yang lupa" ( QS Al A’rof : 205 )

Bila yang dimaksud  “ dalam dirimu / Fi Nafsika “  adalah dzikir hanya dengan hati tanpa diucapkan dengan lisan maka kata “ dan tanpa mengeraskan / Duunal Jahri “ adalah sesuatu yang berbeda yang menunjukkan bentuk lain dari dzikir. Sementara  bila yang dimaksud kata “ dalam dirimu “ adalah dzikir dengan lisan tapi pelan maka kata “ dan tanpa mengeraskan “ berfungsi sebagai penjelasan. ( Tashil Li Ulumi Tanzil Ibnu Juza Al Kalabi : 2 / 60 )

Ayat di atas memerintahkan manusia agar berdzikir kepada Alloh dengan  macam dan warna dzikir yang ia sukai. Macam dzikir itu adalah (1) Qolbi. Artinya hati ingat Nama – nama Alloh, Sifat – sifat Alloh, hati merasa bersyukur dan selalu meminta ampun. Dzikir dengan hati ini harus selalu diupayakan kapan dan di manapun, dalam keadaan suka maupun duka. Secara singkat mengembalikan segala yang tejadi hanya kepada Alloh. Dari sinilah baru akan tercipta ketenangan yang dijanjikan dalam firmanNya:

أَلاَ بِذِكْرِ اللهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوْبُ

“ Ingat …! Dengan mengingat Alloh hati akan selalu tenang “ . ( QS Arro’d : 28 ) 

Lisan. Yaitu dzikir dengan lisan atau melafadzkan bacaan dzikir dengan suara yang tidak terlalu keras juga tidak kelewat pelan. Artinya berdzikir dengan suara yang sedang sebagaimana difirmankan:

وَلاَ تَجْهَرْ بِصَلاَتِكَ وَلاَ تُخَافِتْ بِهَا وَابْتَغِ بَيْنَا ذَالِكَ سَبِيْلاَ

“ Dan janganlah kamu mengeraskan suara dalam sholatmu dan juga jangan terlalu merendahkannya. Dan carilah jalan tengah diantara keduanya ” ( QS Al Isro’ : 110 )

Antara Qolbi Sirri dan JahriKetika di atas kendaraan para sahabat mengumandangkan bacaan Talbiyah dengan suara yang terlampau keras hingga terkesan seperti berteriak maka Rosululloh SAW bersabda kepada mereka:

يَاأَيُّهَاالنَّاسُ إِرْبَعُوْا عَلَي أَنْفُسِكُمْ فَإِنَّكُمْ لاَ تَدْعُوْنَ أَصَمَّ وَلاَ غَائِبًا إِنَّ الَّذِيْ تَدْعُوْنَهُ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ أَقْرَبُ  إِلَي أَحَدِكُمْ مِنْ عُنُقِ رَاحِلَتِهِ.

"Wahai manusia ..! kasihanilah diri kalian, sebab kalian tidak berdo’a kepada Dzat Yang tuli atau tiada. Sesungguhnya Dzat yang kalian berdo’a kepadaNya Maha Mendengar lagi Maha Dekat, lebih dekat kepada seorang dari kalian daripada  leher kendaraannya". ( Muttafaq Alaihi ). Dari keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa dzikir ada tiga macam, Qolbi. Yaitu dzikir kepada Alloh hanya di dalam hati tanpa sedikitpun diucapkan. Sirri. Yaitu dzikir dengan diucapkan tapi tidak terlalu keras juga tidak terlampau pelan. Jahri. Bilamana dzikir serentak dilakukan dalam sebuah kelompok perkumpulan. Dalam hadits qudsi Alloh berfirman:

أَنَا عِنْدَ ظَنِّ عَبْدِيْ بِيْ وَأَنَا مَعَهُ إِذَا ذَكَرَنِيْ فَإِنْ ذَكَرَنِيْ فِيْ نَفْسِهِ ذَكَرْتُهُ فِيْ نَفْسِيْ وَإِنْ ذَكَرَنِيْ فِي مَلاَءٍ ذَكَرْتُهُ فِيْ مَلاَءٍ خَيْرٍ مِنْهُ

"Aku menurut persangkaan hambaKu kepadaKu, Aku bersamanya bila ia mengingatKu, bila ia mengingatKu dalam dirinya maka Aku Mengingatnya dalam diriKu, bila ia menyebutKu dalam satu kelompok maka Aku Menyebutnya dalam kelompok yang lebih baik". ( Muttafaq Alaihi )

Baca Artikel Lainnya : "Bukti Cinta Sejati"


Komentar Imam Syaukani

Imam Muhammad Bin Ali Bin Muhammad Al Yamani Asshon’ani yang terkenal dengan sebutan Imam Syaukani mengatakan bahwa dalil – dalil yang menyebutkan tentang dzikir Sirri dan Jahri sama banyak dan sama kuatnya, yang pada akhirnya manakah diantara keduanya yang lebih utama dilakukan, sangat bergantung pada situasi dan kondisi serta orang yang bersangkutan. Dzikir Jahri lebih utama bila tidak ada peluang masuknya penyakit riya’ serta ada misi mengingatkan orang – orang yang lupa dan mendorong mereka untuk juga ikut berdzikir. Sebaliknya dzikir Sirri lebih baik jika dikhawatirkan adanya riya’ serta sama sekali tidak ada misi seperti yang ada dalam dzikir Jahri. ( Tuhfatudz dzaakirin : 25. Cet 1988 Darul Kutub Ilmiyyah ).

Komentar Imam Nawawi

Dzikir Sirri lebih utama dilakukan bila khawatir riya’ atau mengganggu ketenangan orang sholat atau orang yang sedang tidur. Bila tidak ada riya’ maka dzikir Jahri lebih afdlol karena lebih banyak aktivitas yang dilakukan dan manfaatnya kadang juga bisa dirasakan oleh orang yang mendengar. Dan bagi yang bersangkutan dzikir Jahri menjadikannya lebih bersemangat dan bisa lebih memudahkannya berkonsentrasi dalam alunan dzikir. Dalam kitab Tanwirul Adzhan 1 / 596   Imam Syekh Ismail Haqqi mengatakan: Mayoritas ulama besar berpendapat bahwa terlalu mengeraskan suara  Takbir dalam sholat atau dalam  ibadah dzikir lain hukumnya makruh. Yang disunnahkan dalam ibadah tersebut adalah dengan suara  sedang antara pelan dan keras dengan disertai kekhusyuan dan segala kepasrahan sambil tetap waspada agar jangan sampai ada riya’. Sebagian ulama bahkan mengatakan bahwa hukum asal dzikir adalah dengan suara keras / Jahri sebagaimana Adzan, akan tetapi sekali lagi dzikir Jahri atau Sirri sama saja, letak keutamaan adalah kembali pada situasi kondisi dan pelaku sendiri. 

Dari sini yang terpenting adalah jangan sampai orang yang biasa dzikir Sirri menyalahkan atau bahkan mengatakan bid’ah pada mereka  yang  biasa dzikir Jahri. Begitu pula sebaliknya. Salahkan ! tapi juga ajaklah mereka yang  belum berdzikir.  Rosululloh SAW bersabda:

مَثَلُ الَّذِيْ يَذْكُرُ رَبَّهُ وَالَّذِيْ لاَ يَذْكُرُ رَبَّهُ مَثَلُ الْحَيِّ وَالْمَيِّتِ

“Perumpamaan orang yang ingat Tuhannya dan orang yang tidak ingat Tuhannya adalah seperti orang mati dan orang yang hidup “ ( Muttafaq Alaihi )

Dalam  Pagi dan Sore Hari

Dalam surat Ali Imron : 41,  Al A’rof : 205 dan Maryam :11 disebutkan tentang anjuran agar berdzikir dan bertasbih memuji Alloh pada waktu pagi dan petang. Dari sini para ulama mengambil kesimpulan bahwa seyogyanya seorang muslim mempunyai satu amalan dzikir untuk waktu pagi dan petang yang menjadi satu wirid atau rutinitas yang tak pernah ditinggalkan. Hal ini juga merupakan  satu bukti adanya dzikir Sirri. 


= والله يتولي الجميع برعايته =

Share on Google Plus

About tdmenha pujon

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.
    Blogger Comment
    Facebook Comment